Persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio, yang berarti menerima atau mengambil. Persepsi adalah proses pemaknaan atau penyimpulan informasi dari stimulus yang berasal dari pengindraan obyek-obyek, peristiwa yang terjadi, atau relasi antara gejala yang terjadi, yang kemudian diproses oleh otak. Dalam buku Psikologi Umum (2014) oleh Sumanto, persepsi dijelaskan sebagai proses interpersepsi yang muncul dari pengalaman atau peristiwa di masa lalu. Dari pengalaman tersebut, seseorang dapat membandingkan peristiwa-peristiwa yang sedang dilaluinya sehingga persepsi atau dugaan tersebut bisa muncul untuk menilai objek atau pengalaman yang terjadi.

Namun, sebelum memahami orang ketika proses komunikasi, maka seseorang harus terlebih dahulu memahami dirinya sendiri. Pemahaman diri tersebut melalui proses persepsi, di mana persepsi akan membuat seseorang mengetahui dirinya sendiri dan orang lain. Persepsi timbul dari benak masing-masing individu, bukan berasal dari gambaran obyek yang dilihat lalu dinilainya. Oleh karena itu, ketika anggapan mudah bagi diri sendiri belum tentu mudah dipahami oleh orang lain. Setiap individu pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda.

Dalam hal ini, Marhaeni Fajar dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” (2009) mengemukakan lima sifat persepsi, yaitu sebagai berikut:

  1. Persepsi sebagai pengalaman. Persepsi timbul melalui proses interpersepsi yang didapat dari pengalaman atau peristiwa di masa lalu. Dari pengalaman tersebut, seseorang dapat membandingkan peristiwa-peristiwa yang sedang dilaluinya sehingga persepsi atau dugaan bisa muncul untuk menilai objek atau pengalaman yang sedang terjadi.
  2. Persepsi sebagai selektif. Tahap awal dalam persepsi hanya menafsirkan sebagian dari objek atau peristiwa yang ada. Sehingga tidak semua karakteristik objek atau peristiwa tersebut kita persepsikan. Dengan kata lain, kita hanya ingin mempersepsikan apa yang sesuai dengan keyakinan, nilai, dan sikap kita. Oleh karena itu, dalam persepsi terjadi seleksi untuk mengolah apa yang kita lihat dan rasakan.
  3. Persepsi sebagai penyimpulan. Persepsi adalah proses penyimpulan secara psikologis atas informasi yang kita terima. Proses persepsi menjadi batu loncatan untuk menyimpulkan informasi tanpa data-data yang jelas. Sifat kedua persepsi berupa selektif sehingga tidak semua informasi yang didapat sepenuhnya disimpulkan dengan benar. Melalui sifat penyimpulan ini, kita didorong untuk menyimpulkan karakteristik objek atau peristiwa tertentu lebih lengkap.
  4. Persepsi tidak akurat. Pada dasarnya, persepsi hanya menyimpulkan sebagian karakteristik dari objek. Oleh karena itu, kesimpulan yang didapat tidak sepenuhnya akurat. Hal ini juga dapat terjadi karena kejadian masa lalu yang tidak kompleks dan penyamarataan persepsi untuk objek yang berbeda. Semakin seseorang menganggap objek yang berbeda sama, semakin tidak akurat persepsi yang dihasilkan. Sebenarnya, objek-objek tersebut hanya mirip namun tidak serupa. Keterbatasan kapasitas otak untuk mengingat kembali peristiwa masa lalu juga menjadi faktor penyebab ketidakakuratan persepsi.
  5. Persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak bersifat objektif karena proses interpretasi melalui keyakinan, nilai, dan sikap pribadi dari pengalaman yang sudah dilalui. Oleh karena itu, persepsi seseorang terhadap objek atau peristiwa tertentu dapat berbeda dengan persepsi orang lain. Persepsi juga dipengaruhi oleh konteks dan kondisi sosial yang mempengaruhi keyakinan dan nilai-nilai seseorang.

Persepsi merupakan proses penyimpulan secara psikologis atas informasi yang kita terima. Proses persepsi ini menjadi batu loncatan bagi kita dalam menyimpulkan informasi tanpa data-data yang jelas. Terdapat lima sifat dari persepsi, yaitu sebagai berikut:

  1. Proses Persepsi Proses persepsi terjadi ketika kita mengalami rangsangan dari lingkungan sekitar, baik itu melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, atau sentuhan. Informasi yang diterima akan diolah dalam otak sehingga kita dapat memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini, persepsi berperan penting dalam membantu kita memahami dunia yang ada di sekitar kita.
  2. Selektif Sifat kedua dari persepsi adalah selektif. Artinya, tidak semua informasi yang didapat sepenuhnya disimpulkan dengan benar. Melalui sifat penyimpulan ini, kita didorong untuk menyimpulkan karakteristik objek atau peristiwa tertentu lebih lengkap.
  3. Tidak Akurat Pada dasarnya, persepsi hanya menyimpulkan sebagian karakteristik dari objek. Maka dari itu, kesimpulan yang didapat tidak sepenuhnya akurat. Hal tersebut juga bisa terjadi karena kejadian masa lalu yang tidak kompleks dan penyamarataan persepsi untuk objek yang berbeda. Semakin seseorang menganggap objek yang berbeda sama, maka semakin tidak akurat persepsi yang dihasilkan. Sebenarnya, objek-objek tersebut hanya mirip namun tidak serupa. Keterbatasan kapasitas otak untuk mengingat kembali peristiwa masa lalu juga mempengaruhi ketidakakuratan persepsi.
  4. Evaluatif Persepsi tidak bersifat objektif karena proses interpretasi melalui keyakinan, nilai, dan sikap pribadi dari pengalaman yang sudah dilalui. Dalam hal ini, persepsi lebih bersifat evaluatif. Setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu objek atau peristiwa tertentu.
  5. Penting dalam Kehidupan Sehari-hari Persepsi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan persepsi yang tepat, kita dapat memahami lingkungan sekitar dengan baik. Sebaliknya, persepsi yang salah atau kurang tepat dapat menyebabkan kita salah memahami situasi atau orang yang ada di sekitar kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami sifat-sifat dari persepsi sehingga kita dapat lebih bijaksana dalam memahami lingkungan sekitar. Selain itu, dengan memahami sifat dari persepsi, kita juga dapat menghindari kesalahan dalam menyimpulkan informasi dan meminimalisir kesalahpahaman dalam berkomunikasi dengan orang lain.